Kamis, 20 Mei 2010

PORASI KOTORAN AYAM TERHADAP HASIL TANAMAN BAYAM CABUT

Penelitian PENGARUH TAKARAN PORASI KOTORAN AYAM TERHADAP HASIL TANAMAN BAYAM CABUT (Amarantus spinosus L.) VARIETAS GITI HIJAU

Oleh :
Rina Nuryati, Ida Hodiyah *)
Dan Luis Gusmao P **) 
*) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
**) Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
ABSTRACT
The experiment was carried out at Tawang, Tasikmalaya from November until December 1998.
The aim of the experiment was to study the effect of “Porasi Kotoran Ayam” (Organic Matter of Chicken dung fermented) on yield of Amaranthus spinosus L.
The result of the experiment showed that the treatment rates of “Porasi Kotoran Ayam” of 15 t/ha product yield of Amaranthus spinosus L. was 12 t/ha.

Key word : Porasi.

I. PENDAHULUAN
Faktor kesuburan tanah dalam upaya meningkatkan hasil tanaman bayam memegang peranan yang sangat penting, karena untuk pertumbuhan dan perkembangannya tanaman bayam menghendaki tanah yang subur dan gembur dengan aerasi dan drainase yang baik (Bandini Yusni dan Nurudin Azis, 1997). Pemupukan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kondisi tanah yang subur, akan tetapi menurut Wididana (1993) pemberian pupuk kimia yang intensif dengan dosis yang tinggi tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik yang memadai dalam jangka panjang akan mengakibatkan timbulnya kendala produksi yang lain, misalnya : sifat fisik jelek, fiksasi P yang tinggi dan kekahatan unsur hara mikro tertentu sehingga dapat menurunkan produkivitas lahan.
Memperhatikan hal tersebut, maka alternatif penggunaan pupuk organik merupakan pilihan yang harus dilakukan. Dalam rangka pemanfaatan bahan organik yang tersedia, dapat digunakan bahan organik yang berasal dari kotoran ayam. Menurut Hardjowigeno Sarwono (1992), kotoran ayam mempunyai peranan yang cukup penting bagi tanah pertanian karena mengandung N tiga  kali lebih besar dan kandungan unsur hara lainnya paling tinggi dibandingkan dengan kotoran hewan lainnya.
Bahan organik untuk menjadi zat-zat anorganik dalam bentuk ion-ion yang tersedia bagi tanaman harus melalui proses perombakan terlebih dahulu dan proses ini berlangsung relatif lama yaitu sekitas 2 – 3 bulan, sedangkan pemberian bahan organik yang belum matang dapat berakibat jelek bagi tanaman karena akan mengeluarkan gas dan  panas. Untuk mengatasi masalah ini, maka akan dicoba aplikasi teknologi M-Bio yang mampu memfermentasi bahan organik dalam waktu yang relatif cepat yaitu sekitar 1 – 2 minggu serta tidak
mengeluarkan bau busuk (Priyadi Rudi, 1997).
Priyadi Rudi (1997), lebih lanjut menyatakan bahwa bahan organik apabila diberi M-Bio akan mengalami proses fermentasi dan bila berada dalam tanah akan menghasilkan senyawa organik atau senyawa antara seperti asam amino, alkoho,  asam organik, dan sebagainya yang dapat diserap langsung oleh tanaman Selanjutnya dalam tubuh tanaman senyawa tersebut akan diubah menjadi karbohidrat, protein, dan lemak untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka ingin dicoba bagaimanakah pengaruh takaran porasi kotoran ayam terhadap hasil tanaman bayam.  Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan takaran porasi kotoran ayam yang memberikan pengaruh paling baik terhadap hasil tanaman bayam cabut.

II. BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Percobaan dimulai pada bulan November sampai bulan Desember 1998 di Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kabupaten Tasikmalaya dengan jenis tanah Latosol pada ketinggian 353 m dpl.
Bahan yang digunakan terdiri dari : benih bayam varietas Giti Hijau, porasi kotoran ayam, abu dapur, dan M–Bio.
Metode percobaan adalah metode eksperimen lapangan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari lima perlakuan dan empat  ulangan. Perlakuan yang dicoba adalah berbagai takaran porasi kotoran ayam yaitu sebagai berikut : a1 = 5 t/ha, a2 = 7,5 t/ha, a3 = 10 t/ha, a4 = 12,5 t/ha, dan a5 = 15 t/ha. Pengolahan tanah dilakukan dua kali, pada  pengolahan tanah kedua dilakukan pembuatan  petak-petak percobaan dengan ukuran 2 m x 1 m.
Jarak antar petak 30 cm dan jarak antar barisan 20 cm. Pemberian pupuk dilakukan sekaligus seminggu sebelum penanaman dengan cara disebar kemudian dicampur dengan tanah. Penanaman dengan cara disebar langsung di atas bedengan pada jarak antar barisan 20 cm dengan arah membujur dari barat ke timur, kemudian benih ditutup dengan tanah halus dan selanjutnya petakan ditutup dengan mulas jerami. Parameter yang diamati adalah hasil tanaman bayam varietas Giti Hijau.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata diantara perlakuan berbagai takaran porasi kotorang ayam yng dicoba terhadap hasil tanaman bayam per petak Tabel 1. Perlakuan porasi dengan takaran 15 t/ha memberikan hasil tanaman bayam tertinggi dibandingkan dengan semua perlakuan yang lainnya. Hal ini karena pemberian porasi dengan takaran 15 t/ha mampu mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur hara serta mampu memperbaiki keadaan struktur tanah dengan lebih sempurna sehingga tanah menjadi subur dan gembur, di samping itu mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah yang pada akhirnya unsur hara akan lebih  mudah tersedia dan dapat diserap tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurtika Nunung (1990) yang menyatakan bahwa tanaman untuk memperoleh hasil yang baik, harus tersedia unsur hara yang cukup, dan bahan organik mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman. Selanjutnya Priyadi Rudi (1997) menyatakan bahwa bahan organik tersebut apabila diaplikasikan dengan M-Bio maka akan mengalami proses fermentasi dalam waktu yang  relatif singkat sehingga unsur hara tersebut mudah tersedia dan mudah diserap tanaman. Rouf Mohammad Husni dan Syech Fani (1992) mengemukakan bahwa di samping dapat menambah kandungan unsur hara, pupuk organik juga dapat meningkatkan populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisik dan kimia tanah, sehingga tata udara lebih baik yang akan menunjang terhadap proses penyerapan unsur hara menjadi lebih mudah.
Ketersediaan unsur hara merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena kandungan unsur  hara akan membantu memperlancar proses metabolisme tanaman diantaranya proses fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan tinggi, yang selanjutnya dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman akibatnya akan berpengaruh terhadap hasil tanaman.




IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Porasi kotoran ayam pada takaran yang berbeda memberikan hasil tanaman bayam yang berbeda. Takaran porasi 15 t/ha memberikan hasil tanama bayam tertinggi sebesar 3,15 kg/petak atau 12,6 t/ha, dan masih dimungkinkan hasil lebih meningkat lagi dengan takaran porasi di atas 15 t/ha.
4.1. Saran
Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut pada musim dan tempat yang berbeda dengan takaran porasi yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Bandini Yusni dan Nurudin Azis. 1997. Bayam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hardjowigeno sarwono. 1992. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta

Nurtika Nunung. 1990. Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Perbaikan Kimia Tanah dan Hasil Tomat Kultivar Lokal Gondol pada Tanah Andosol. Buletin Penelitian Hortikultura. Vol XIX No.1 Lembang.

Priyadi Rudi. 1997. Penggunaan Bahan Organik Hasil Fermentasi dengan Teknologi M-Bio dalam Meningkatkan Hasil Pertanian. Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.

Rauf Mohammad Husni dan Syech Fani. 1992. Pengaruh Pupuk Kandang dan Belerang Elemen Terhadap Kadar Hara N dan S Daun Indek serta Produksi Kedelai (Glycine max) Glomosol raci. MIP UPN “ Veteran” Jawa Tengah. Vol 2 (1), Juni 1992.